Sebagai wilayah yang memiliki tingkat keanekaragaman hayati cukup tinggi
di belahan bumi ini, Indonesia menjadi suatu negara yang sangat potensial yang
mampu menyediakan berbagai kebutuhan bagi penghuninya. Tidak heran bila pada
masa kolonialisme, Indonesia menjadi sasaran wilayah yang dieksploitasi sumber
daya alamnya, kemudian diangkut menjadi sumber tambahan kekayaan bagi negara
penjajahnya .
Sebagai seorang pribumi yang peduli terhadap tanah air, tentu saja
pelanggaran terhadap hak asasi ini tidak dibiarkan begitu saja. Kebebasan
individu yang direnggut, kemudian diperas dengan bekerja di bawah telunjuk
penjajah, menimbulkan berbagai rentetan perlawanan para pahlawan di setiap
daerah. Alhasil pada tanggal 25 Agustus 1945 Kemerdekaan pun diraih, hasil
perjuangan rakyat Indonesia membuahkan pengaruh signifikan bagi setiap era
pemerintahan, baik Orde lama, orde baru,
reformasi maupun pasca reformasi.
Namun, status Indonesia sebagai negara merdeka, tidak lantas menjadikan negara
lain yang berkepentingan terhadapnya, diam begitu saja. Setiap perkembangan
negeri jamrud di khatulistiwa ini, selalu menjadi sorotan dunia dan “mereka”
akan cukup gatal bila diam begitu saja membiarkan pencapaian prestasi terus
diraihnya.
Salah satunya adalah sistem globalisasi. Suatu media yang efisien untuk
memberikan cengkraman negara adidaya kepada Indonesia, mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya, dan mengatur kebijakan sekehendaknya. Sehingga model
penjajahan pun kembali berjalan yang saat ini kita kenal dengan istilah modern colonialism.
Para pemuda yang menganggur dan berafiliasi kepada kriminal, masyarakat
yang konsumtif dan menjadi ajang pengusaha uji produk, akademisi yang sebatas
berpikir untuk kesejahteraan pribadi, dan pemerintah yang tidak tegas terhadap
kebijakan publik, menjadikan indikator kesuksesan kolonialisme modern
benar-benar terjadi.
Hal ini tentu menjadi pertanda dibutuhkan kembali sosok pahlawan
kontemporer. Mereka yang dapat mengemas ancaman kolonialisme modern menjadi
peluang kebangkitan Indonesia yang kedua, yaitu dengan membentuk generasi muda
menjadi sumber daya manusia strategis dan memberikan inspirasi untuk selalu
berkontribusi. Seperti Program Pembinaan Sumber Daya Manusia Strategis
(PPSDMS)Nurul Fikri salah satu asrama pembinaan yang fokus terhadap pembentukan
karakter mahasiswa agar memiliki jiwa leadership yang tinggi, dan program Indonesia Mengajar yaitu gerakan inspirasi dari Anis Baswedan yang
mampu membangun kepedulian pemuda, sehingga lebih tersalurkan melalui sarana
pendidikan-pengajaran.
Kolonoalisme
akan terus berkembang menyesuaikan diri atau membentuk zaman yang mereka
inginkan. Namun, para pahlawan pun tidak akan tinggal diam dan akan terus
bermunculan. Karena mereka mengikrarkan diri untuk peduli terhadap perkembangan
bangsanya dan berjanji setia mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan
bermartabat.
http://kampus.okezone.com/read/2012/02/14/95/575395/regenerasi-kepahlawanan-bangsa
http://kampus.okezone.com/read/2012/02/14/95/575395/regenerasi-kepahlawanan-bangsa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar